JANJIKU
By Cahyati Herni
“Tuhan,
sungguh aku tak sanggup!” Cobaanku ini terlalu berat bagiku. Hatiku terus
berbisik. Kemudian aku merenung, meratapi nasib ini, aku merasa menjadi orang
yang paling malang di dunia. Banyak yang kupikirkan dan harus kukerjakan. “Lebih baik aku kabur saja!” Pikirku. “Kemana?” Hatiku terus
berkecamuk. “Bagaimana sekolahku, bagaimana ibuku, adik-adikku dan ah, lebih
baik tidur dulu, dan kucoba tidur sambil kusegera masuk ke kamarku.
Kubaringkan
tubuhku yang penat, kutatap langit-langit kamarku, aku mengkhayal semua bebanku
hilang, kubayangkan masa bahagia dulu kala masih ada ayahku. Tak terasa mataku
akhirnya terpejam dan dalam tidurku bermimpi. Aku bertemu dengan seorang wanita
tua berkerudung putih yang mengatakan aku akan menyesal jika aku kabur meninggalkan
keluargaku. Dengan kabur dari masalahku ini tidak akan selesai, malah
sebaliknya akan menambah masalah baru katanya. Tapi aku tetap ngotot ingin
kabur, tanganku dipegangnya. Aku ingin melepaskan diri dari berbagai masalahku
ini. Aku berusaha untuk lari menjauh dari wanita itu, tapi tangannya kuat
mencekal tanganku. Aku tetap ingin lepas, dia pun tetap memegang tanganku
kuat-kuat. Sampai aku tertarik olehnya dan jatuh. “Buk!” .
“Aduh!” Aku bangun karena aku jatuh dari
tempat tidurku. Aku sadar dan bangun lalu kududuk di tepi tempat
tidurku. Tiba-tiba ibuku masuk dan menghampiriku. “Ada apa sayang?” Kamu
berteriak. “Engga, Bu. Aku mimpi dan jatuh dari tempat tidurku”. “Kirain kenapa? “. “Syukur kalau gak apa-apa” , katanya. Lalu “Mandilah biar
segar pikiranmu, salat asar dan makan, Ibu masak sayur kesukaanmu!” . “Ya, Bu. Terimakasih.”
Aku bangkit lalu pergi mandi, sementara ibu membereskan
kamarku. Setelah selesai makan, aku menghampiri ibuku, mohon maaf dan mohon doa
agar aku tetap bisa mempertahankan peringkat satuku di kelas VIII ini. Lalu aku curhat pada ibuku bahwa
ulangan-ulanganku jelek sampai wali kelas memanggilku. Sama seperti pada wali kelasku akupun berkata jujur pada
ibuku, bahwa aku baru putus dari pacarku, Si Rio kakak kelasku, yang selalu cemburu
padaku karena aku aktif di OSIS.Ibuku
menasihatiku, aku lega karena ibuku tidak marah. Aku bahagia, ternyata ibuku
menyayangiku, dan mensuportku agar aku kembali seperti aku yang dulu, yang tak
mudah menyerah. “Iya, Bu”. Aku berjanji, aku akan melupakan semua pengalaman
pahit ini. Aku janji deh.
0 komentar:
Posting Komentar